Tari Giring Giring : Sejarah, Properti, Kostum Gerakan dan Asal Daerahnya


Tari Giring Giring : Sejarah, Properti, Kostum Gerakan dan Asal Daerahnya - Megenal Lebih Jauh Tentang Tari Giring Giring yang perlu anda ketahui. Tari Giring-Giring pada awalnya merupakan tarian tradisional Dayak Ma'anyan di provinsi Kalimantan Tengah, yang kemudian menyebar ke seluruh kota, khususnya di bagian Selatan dan Timur. Giring-Giring atau "Gangereng" adalah pertunjukan penyambutan para pahlawan suku Dayak. 

Tari Giring Giring

Tari Giring - Giring

Demi menjaga harkat dan martabat suku Dayak, mereka berjaya melawan penjajah. Nama Tari Giring Giring Berasal dari nama kayunya, ciri khas tarian ini adalah "gangereng". Suku Dayak Taboyan Bawo menyebutnya "tolang totai". Tolang mengacu pada bagian bambu, sedangkan totai mengacu pada legenda "tolang totai" dari suku tersebut. 

Asal Daerah Tari Giring-giring

Orang Dayak Dalam suku Taboyan Bawo yang menceritakan tentang seorang pemuda yang tersesat di dalam gua selama beberapa hari dan mendengar suara air mengalir seperti musik setelah keluar dari gua, para pemuda tersebut melihat penduduk desa menari sambil menanam padi. 

Dia mengenali suara air mengalir saat berada di dalam gua, maka dia membuat alat bambu dari "Talung To Tai", yang juga dikenal sebagai "Salung", sebuah bambu kecil berisi biji kacapiring. Kocok dan Anda akan mendengar dentingan. Sebutan yang berbeda membuat tarian tersebut sesuai. 

Giring-Giring Di Kalimantan Tengah disebut juga Tari Tolang Totai atau Tari Gangereng sedangkan di Kalimantan Timur disebut Tari Gantar. Nama yang dipanggil Giring-giring Itu berasal dari nama tongkat yang dimainkan para penari: tongkat giring-giring. Juga dikenal sebagai Gangereng oleh orang Kalimantan Tengah. 

Lonceng yang terbuat dari bambu tipis (telangana) diisi dengan biji kacapiring sehingga menghasilkan suara yang berirama dengan resonansi (mary) oleh para penari dalam tarian ini ada dua jenis kayu yaitu kayu panjang dan pendek.

Sebuah tongkat panjang dipegang di tangan kiri dan menghantam tanah dengan tongkat. Pada saat yang sama, ia memegang tongkat pendek di tangan kanan dan dimainkan dengan ayunan, menghasilkan suara unik yang dikombinasikan dengan suara tongkat panjang.

Giring-giring Mengacu pada berkumpul atau berkumpul untuk menari bersama dan bersukacita atas pencapaian yang dicapai. Kemudian evakuasi orang Dayak membantu menyebarkan tarian tersebut. 

Giring-Giring Pergi ke berbagai daerah di Pulau Kalimantan untuk membuat tarian ini mengambil berbagai gaya yang dipengaruhi oleh budaya etnis setempat. Dalam perkembangan seni tari Giring-Giring Ini telah menjadi tarian pergaulan bagi anak muda di semua acara adat Dayak, tarian penyambutan pengantin dalam upacara pernikahan adat Dayak.

Tarian terima kasih setelah panen berakhir di tahun yang lalu. Pertunjukan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan tarian selamat datang yang indah. Tarian Giring-Giring Ini adalah tarian kelompok dengan 4-10 penari, meskipun tarian ini memiliki banyak bentuk. 

Coba Jelaskan Asal Usul Tari Giring Giring?

Namun gerakan dasarnya tetap sama yaitu gerakan dasar "Manasai", Tari Pergaulan Suku Dayak di Kalimantan Tengah, termasuk ragam gerakan "tandrik", "goncang" dua langkah ke kanan dan ke kiri. 

Standar tarian tradisional Giring-Giring Para penari, sambil berdiri, menggerak-gerakkan tubuh mereka mengikuti irama musik, menghentak gantar dan geng di kedua tangan mengikuti bunyi. Kaki penari mengikuti irama, dengan gerakan mundur yang sama seperti kiri dan kanan. 

Perpaduan yang tepat antara gerakan kedua tangan yang memegang bambu dan kaki sekaligus menjadi "roh" dalam tarian ini. "Gong" yang dipegang di tangan kanan adalah ujung gantung bambu sepanjang 120 cm dengan sebatang tongkat berwarna terang yang dihiasi dengan tongkat. rumbai. 

Di bagian tengah bambu, buat lubang untuk meletakkan bibit buah merah tua. Saat menginjak atau mengguncang secara teratur mengikuti irama atau irama, pengiring bambu ini menghasilkan suara yang indah serasi. 

Geng tersebut merupakan replika senjata lunju atau tombak yang digunakan oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah untuk berperang melawan penjajah. Sedangkan gardan atau tongkat yang dipegang di tangan kiri merupakan replika tawang atau tameng, pada bagian belakang gantry terdapat pegangan atau pegangan di bagian tengah.

Di antara suku Dayak Banyadu di Provinsi Kalimantan Barat adalah tarian Giring-Giring Pertunjukan ini dilakukan secara berkelompok oleh seorang penari wanita dan seorang penari pria, biasanya berjumlah empat sampai enam orang.

Gerakan menari yang dilakukan oleh para penari wanita adalah menggerakan kedua tangan memegang pabayo dan menghentakkan kaki serta suara alat musik tersebut. untuk menciptakan harmoni antara gerak tubuh, suara "pabayo" dan pergelangan kaki penari dan alat musik. 

Pola dasar tarian ini melingkar, dengan posisi perempuan melingkar dan penari laki-laki di tengah, kemudian mereka menari melingkari penari laki-laki. Gerakan penari pria dan wanita sedikit berbeda. 

Yang menjadi harta karun penari wanita, adalah bambu kecil dengan panjang minimal 20 cm dan maksimal 150 cm. Karon Dong "), saat penari bergerak, Pavayo akan memiliki bunyi yang bercampur dengan musik Tetabuhan khas Kalimantan. . Sedangkan penari pria memegang mando ("Tangit") dan tameng ("Jabang").

Pakaian penari wanita terdiri dari pakaian adat Dayak berupa kemeja lengan pendek yang bentuknya seperti rompi berpusat kancing dan rok selutut. Warna kebanyakan pakaian adalah hitam, dikombinasikan dengan beberapa warna merah. Hiasan kepala berupa lingga atau ikat kepala dengan hiasan bulu tingang atau burung enggang dan satu bambu untuk menarinya. 

Penari pria mengenakan atasan mirip rompi yang terbuat dari kulit kayu niyamu / ukniyamu dan celana panjang yang terbuat dari bahan polos. Warna baju kebanyakan hitam. Aksesori berupa ikat kepala kain merah (crimson, crimson, brick red) di bagian belakang disematkan daun "Rin Chuang" dan "Karanuhing Pai" atau gelang kaki. 

Untuk fitur tarian, serta fungsi tari tradisional sebelumnya dan saat ini yang bergeser Giring-Giring Sifat-sifat tarian juga disesuaikan dengan keadaan, yang terpenting tidak mengurangi esensi dan makna dari tarian tersebut.

Instrumen tari Giring-Giring Terdiri dari sarung, kendang dan gong. Saron adalah keanong yang terbuat dari lembaran logam yang terdiri dari lima nada (do, re, mi, fa, sol), kendang adalah alat jenis bedug yang terbuat dari batang kayu mati, permukaannya dibersihkan dan ditusuk di tengah agar menyerupai bentuk. 

Pipa dan salah satu lubangnya ditutup dengan kulit binatang (kambing atau ular) yang diikat dengan tali anyaman Gendang ini berukuran panjang 60 cm dan diameter 20 cm dan disebut selaput Gendang Pangku 1. Gong Dayak atau disebut juga "Agong" ini terbuat dari perunggu atau baja lembaran tipis.

Dalam perkembangannya tari Giring Giring masih dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat disana. Ada banyak kreasi tambahan yang harus dibuat untuk setiap pertunjukan.

Seperti dari segi gerak dan pakaian yang digunakan untuk membuat pertunjukan tari menjadi menarik. Tarian ini bisa kita jumpai pada acara-acara yang bersifat menyenangkan, seperti pesta panen, perayaan tamu besar, festival tradisi dan budaya di Kalimantan Tengah.

Seperti tarian tradisional lainnya, Tari Giring-Giring Masih ada sejarah yang masih dilestarikan dan masih dilestarikan oleh masyarakat.Laporan dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud) pada dasarnya memiliki dua versi sejarah tari. 

Seperti yang diceritakan oleh suku Dayak Taboyan Bawo dan Siang Murung yang tinggal di bagian dalam Sungai Bintaro, witu pada awalnya disebut sebagai tarian. Tari Giring Giring Ini disebut tarian Tolang Totai, yang mengacu pada bagian bambu dan kayu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel