200 Pantun PDKT, Ngegombal Lucu dan Romantis

Pantun PDKT Lucu, Ngegombal dan Romantis - Halo sobat Pintarsiana, selamat sore, bagaimana kabarnya? apakah kalian baik-baik saja? semoga kita semua dalam lindungan-Nya. Pada kesempatan ini akan berbagi sebuah pantun dengan tema yang sangat romantis. Karena, ini adalah pantun rayuan gombal yang sangat cetar membahana menaklukan gebetanmu.

Pantun PDKT, Ngegombal Lucu dan Romantis

Pantun PDKT, Ngegombal Lucu dan Romantis Bakalan Bikin Ngakak

Disini ada puluhan pantun gombal yang lucu dan sangat memikat hati. Apabila sekali saja kamu mengucapkan pantun ini didepan gebetanmu maka dia akan menjadi terpana dan terkesima bahkan dia akan tersipu malu.

Nah, bagi sobat Pintarsiana yang saat ini belum mempunyai koleksi pantun gombalnya maka dapat mengutip kumpulan pantun rayuan gombal dibawah ini. Semoga rencana yang sudah kalian setting dapat berjalan lancar dan bisa berhasil menaklukan gebetan kalian masing-masing. Untuk itu, mari simak langsung kumpulan pantunnya berikut ini !


Pantun PDKT Lucu


Orang asing di pelabuhan,

bingung tersesat tak tahu jalan.

Kepalaku pusing tidak karuan,

mikirin kamu abang pujaan.


Kalau dadu bilang dadu,

jangan katakan itu gundu.

Kalau rindu bilang rindu,

aku di sini juga menunggu.


Kalau memang kayu jati,

lebih kuat dari meranti.

Kalau memang cinta sejati,

jangan dipendam dalam hati.


Api panas tangan melepuh,

air kali kurang bersih.

Banyak jalan yang kutempuh,

demi dirimu duhai kekasih.


Bunga melati tempat kutilang,

anak Melayu membuat talam.

Cinta sejati semakin hilang,

susah dicari siang dan malam.


Kalau permata terlihat indah,

indah sekali bukan sekedar.

Kalau cinta katakan cinta,

jangan sampai cintamu pudar.


Ke mana kurcaci lari,

dari Selatan ke Utara.

Ke mana harus kucari

cinta sejati pelipur lara.


Baju basah dikeringkan,

satu peniti jatuh ke kolam

Meski susah kutemukan,

cinta sejati kan kuusahakan


Bunga melati dari Trengganu,

bukit tinggi dari batu.

Sabar hati dalam menunggu,

datangnya cinta memang tak tentu.


Panas tungku membakar batu,

jalan ke puncak berliku-liku.

Kan kutunggu di ujung waktu,

kapankah cinta datang padaku.


Kota lama di masa lalu,

biarkan saja usah diganggu.

Cinta lama telah berlalu,

cinta sejati yang kutunggu.


Kayu meranti jatuh melintang,

terputus jalan di pematang.

Pilu hati di waktu petang,

menunggu cinta tak kunjung datang.


Baju kusut bunga layu,

papan melekat karena dipaku.

Bukan maksud hati merayu,

tapi mungkin engkau jodohku.


Jauh terlihat pulau Jawa,

pulau jawa banyaklah rawa.

Engkaulah belahan jiwa,

tersambung tali ikatan jiwa.


Dari Siantara kue dihantar,

dari Timur mendapat jamu.

Tunggu sebentar tolong sabar,

cinta ini hanya untukmu.


Bagaimana tumbuh melati,

kalau tertimpa oleh kayu.

Bagaimana hati tak sedih,

cinta bersemi kini layu.


Luka di bahu terasa pedih,

mata memandang kaki meniti.

Kehilanganmu membuatku sedih,

kemana harus kucari pengganti.


Jalan-jalan ke Pulau Bali,

singgah dulu di Banyuwangi.

Pergimu tiada kembali,

hilangmu tiada pengganti.


Atas kali ada jembatan,

simpang tiga ada titian.

Kesedihan ini menandakan,

cintaku padamu bukan mainan.


Tajam peniti pada ujungnya,

panas api pada bara.

Cinta sejati yang kupunya,

bila hilang hatiku sengsara.


Berteduh anak di bawah pohon,

kaki tersayat pisau sembilu.

Kepadamu aku memohon,

kembali padaku seperti dulu.


Ambil air di perigi,

untuk membasuh kweni.

Jika dirimu jauh pergi,

merenung diriku di kamar ini.


Terbit surya tanda pagi,

insan beriman siapkan diri.

Akankah kita bersama lagi,

merajut kisah cinta sejati.


Putik mekar daunnya layu,

kalung emas dalam saku.

Aku datang untuk merayu,

kembalilah engkau kepadaku.


Bintang berkerlip waktu malam,

betapa indah cahayanya.

Di lubuk hati yang paling dalam,

kudoakan agar kau bahagia.


Bila kering tiada berseri,

maka mati bunga melati.

Biarlah aku sedih sendiri,

mengenang kisah cinta sejati.


Jalan-jalan ke Tawangmangu,

beli roti enak rasanya.

Manis-manis senyumanmu,

galau di hati hilang seketika.


Syair puisi juga madah,

tulisan dari hati yang resah.

Engkau memang yang terindah,

dalam cinta menjalin kisah.


Kayu gelam kayu meranti,

kerasnya belum terganti.

Cintaku cinta sejati,

tetap setia sampai mati.


Kelapa hijau sedang diparut,

badan pegal akan diurut.

Jangan suka berwajah cemberut,

nanti monyong kaya curut.


Atas atap terbang gelatik,

malam hari amat sunyi.

Kamu tetap paling cantik,

dari dulu hingga kini.


Tubuh tua mulai renta,

mulai pudar pandangan mata.

Bagaimana tak jatuh cinta,

melihat gadis cantik jelita.


Titik hujan jatuh menimpa,

basahlah baju dan celana.

Hati rindu ingin berjumpa,

kepada gadis putih merona.


Berlari adik ke tengah halaman,

tupai makan di sela dahan.

Dekat denganmu terasa nyaman,

jauh darimu rindu tak tertahan.


Es serut kelapa merah,

minum segelas segar rasanya.

Jangan cemberut jangan marah,

nanti kamu cepat tua.


Burung dara terbang melayang,

hingga dulu di pohon tinggi.

Hati ini semakin sayang,

kepadamu kekasih hati.


Jika mentari sangat terik,

segelas air baik diminum.

Marah saja masih cantik,

apalagi kalau tersenyum.


Badan gerah keringatan,

hanya ada kacang pilus.

Mau marah aku persilahkan,

asalkan cinta jangan diputus.


Kalau wajah terlihat ketus,

wajah cerah kan terhapus.

Kalau cinta kita putus,

harapanku pasti pupus.


Pergi ke Barat ke Malaya,

naik perahu datang topan.

Cintamu ibarat cahaya,

menerangi diri yang kegelapan.


Pergi kondangan hari Kamis,

pengantin duduk beriringan.

Kau datang bagai gerimis,

basahi jiwaku yang kekeringan.


Anak kecil pandai menyelam,

anak rimba main di hutan.

Kasihku semakin dalam,

sedalam dasar sang lautan.


Kalau lihat buah ranum,

ingin tangan memetiknya.

Kalau lihat kamu tersenyum,

hatiku ini ikut bahagia.


Rumah gedung dari bata,

bunga melati di tengahnya.

Cinta bukan sembarang cinta,

cinta sejati untuk selamanya.


Bukan sambal bukan lalapan,

hanya jamu penguat badan.

Bukan gombal bukan rayuan,

kamu memang gadis idaman.


Sajak pilu dibuatkan,

oleh penyair kerajaan.

Sejak dulu kuimpikan,

kini telah jadi kenyataan.


Jatuh bendera di alang-alang,

tahu petis dari Balikpapan.

Hati gembira bukan kepalang,

gadis manis orangnya sopan.


Ujung jari apa untuk apa,

ujung jari banyak gunanya.

Setiap hari aku berdoa,

moga dirimu makin bahagia.


Kalau bodoh berupaya,

belajar terus sampai bisa.

Kalau jodoh tak kemana,

cukup berusaha dan berdoa.


Cahaya terik badan basah,

keringat mengucur amat derasnya.

Bukan hanya cantik pada wajah,

cantik dirimu jiwa dan raga.


Tahu gimbal enak dimakan,

dari Semarang kudapatkan.

Cinta gombal banyak berserakan,

cinta sejati susah didapatkan.


Hujan deras sudah berhenti,

jalan berlumpur membuat risih.

Mahligai cinta sudah menanti,

kedatanganmu duhai kekasih.


Indah sekali bunga selasih,

petik satu taruh di kursi.

Kutabur dengan beribu kasih,

agar dirimu nyaman di sisi.


Jalan¬-jalan ke Brastagi,

lihat gedung berwana putih.

Cobalah tersenyum lagi,

hati bahagia menatapmu kasih.


Selasih bukan acar bukan,

mengapa ada rasa haru.

Kekasih bukan pacar bukan,

tetapi mengapa ada cemburu?


Jika pergi ke utara,

tolong belikan satu kitiran.

Jika boleh aku bertanya,

mengapa kamu selalu di pikiran?


Burung camar makan kemumu,

terbang lalu menabrak pintu.

Jika di kamar teringat kamu,

jika bertemu hati tak menentu.


Untuk raja dipersembahkan,

raja senang tari-tarian.

Dengarlah duhai gadis dambaan,

diriku selalu terikat kerinduan.


Anak kecil meronta-ronta,

marah kepada ayah bunda.

Bukan emas bukan permata,

hanya cinta yang aku punya.


Insan tergoda rayuan dunia,

ke akhirat jua akhir pulangnya.

Memang aku orang tak punya,

tapi kasih cinta yang utama.


Rumah rapi sangat tertata,

setangkai bunga di atas meja.

Demi dirimu yang jelita.

rela kukorbankan apa saja.


Kue manis kue talam,

banyak dibuat tuk perayaan.

Bekerja keras siang malam,

agar dirimu dapat kebahagiaan.


Memandang langit tiada jemu,

bukit gersang berbatu-batu.

Izinkan diriku mencintaimu,

sepanjang masa sepanjang waktu.


Madah pujangga dari Kedah,

dalam buku madah terbawa.

Namamu sudah terukir indah,

dalam hati di lubuk jiwa.


Jangan lupa bersembahyang,

itulah tugas di dunia.

Wajahmu selalu membayang,

karena diriku jatuh cinta.


Pantun Rayuan Lucu


Jalan kota sungguh lebar,

naik kereta pelan-pelan saja.

Hai sayang apa kabar?

moga baik-baik saja.


Tabib hebat sedang meramu,

obat pahit dicampur gula.

Di sini lagi kangen kamu,

melamun mirip orang gila.


Beli baju warna ungu,

dengan hijau warna dipadu.

Semenjak jauh darimu,

aku tersiksa rasa rindu.


Malaka jauh di ujung sana,

pergilah dulu ke arah utara.

Kusangka cintaku biasa saja,

rupanya dalam bagai samudra.


Jika anak banyak meminta,

mungkin itu sebuah tanda.

Jika memang tak ada cinta,

mengapa rindu menggebu di dada?


Bayang-bayang di petakan,

dahan nangka dipatahkan.

Baiklah sayang aku katakan,

kangen padamu tak tertahankan.


Luas sawah dipandang mata,

kuning warnanya sudah merata.

Lebih mewah lebih berharga,

kau laksana emas dan permata.


Manis manis buah mangga,

segar terasa di ujung lidah.

Cintaku akan selalu kujaga,

tak kan hati jatuh tergoda.


Buah duku buah delima,

beli di pasar dekat rumah.

Hanya dirimu yang aku cinta,

dari dulu hingga selamanya.


Pada papan menancap paku,

papan rusak paku dibuang.

Karena kamu menerima cintaku,

kuberikan dirimu kasih sayang.


Loyang bukan sembarang loyang,

loyang dari sang pengantin.

Sayang bukan sembarang sayang,

sayang kamu lahir dan batin.


Tamborin gendang sudah ada,

baru datang dari kota.

Kemarin aku jatuh cinta,

kini saatnya memberi cinta.


Merah segar buah pepaya,

tak semerah buah naga.

Ingin kulihat engkau bahagia,

kuperjuangkan sekuat tenaga.


Kijang bermain dengan rusa,

kijang tutul dari Jawa.

Kupetiki resah gelisah,

dari dirimu duhai pemikat jiwa.


Tapanuli letaknya di Barat,

masih jauh dari Lahat.

Tak peduli perjuanganku berat,

kebahagiaanmu yang ingin kulihat.


Lembah hijau berpenghuni,

hanya saja masih sunyi.

Lama sudah cinta bersemi,

laksana bunga kembang mewangi.


Pendekar sakti suka bertanding,

sebulan sekali jadilah rutin.

Kapankah kita duduk bersanding,

berdua menjadi sepasang pengantin.


Bunga setangkai ada yang minta,

bambu betung dibuat tangga.

Ingin kurangkai bahtera cinta,

dalam taman rumah tangga.


Jauh kaki mengelana,

dari Sumatra ke pulau Jawa.

Rumah tangga yang sederhana,

namun penuh canda tawa.


Bukan emas bukan kelikir,

hanya jati yang diukir.

Jangan cemas jangan khawatir,

aku janji tak pernah mungkir.


Jalan-jalan ke kota Serang,

Banyak orang menjual parang.

Dari dahulu sampai sekarang,

Cintaku kepadamu tak pernah kurang.

Walaupun banyak baju batik,

Hanya satu yang ditawarkan.

Walaupun banyak wanita cantik,

Hanya kamu yang meneduhkan.

Taman bunga amatlah indah,

Tempat pecinta membuat madah.

Betapa indah istri sholehah,

Menjadikan hidup dalam ibadah.


Rindu hati melihat Mekah,

Rindu jiwa pada Madinah.

Kita berharap mendapat berkah,

Dalam meniti jalan menikah.


Bambu betung dalam pedati,

Dibawa ke pasar setengah hari.

Jadilah wanita yang rendah hati,

Jangan sombong tinggi hati.


Kancil mengejar kura-kura,

Kura-kura lambat jalannya.

Hidup di dunia sementara,

Tak mungkin hidup selamanya.


Emat murni 24 karat,

Jatuh satu tinggallah empat.

Dunia ini bekal akhirat,

Beramal sholeh setiap saat.


Tajam duri tajam onak,

Kaki tertusuk membuat cedera.

Tulus ikhlas mendidik anak,

Meski lelah rasa mendera.


Belum titik hanya koma,

Masih ada lanjutannya.

Menikah adalah setengah agama,

Jagalah setengah yang lainnya.


Burung merpati burung dara,

Bermain tinggi di batu permata.

Hidup rukun sejahtera,

Bila sama-sama saling mencinta.


Ayah Nabi ialah Abdullah,

Nabi yatim di masa kecilnya.

Menikah karena Allah,

Untuk mencari keridhaan-Nya.


Jika lari seekor rusa,

Indah sekali dilihatnya.

Cinta tidak dapat dipaksa,

Cinta tumbuh dari dalam jiwa.


Pagi hari membaca Quran,

Hati tenang tak ada kegaduhan.

Meskipun ada pertengkaran,

Ujungnya adalah keteduhan.


Banyak insan hidup melarat,

Namun jiwanya tetap kuat.

Ikutilah aturan dan syariat,

Niscaya istri menjadi taat.


Telah menyimpang Abu Lahab,

Tak mau beriman dari hatinya.

Jadilah suami bertanggung jawab,

Lahir batin istri bahagia.


Memang asyik menari zapin,

Pelepas penat sebagai hiburan.

Suami adalah seorang pemimpin,

Kan dimintai pertanggungjawaban.


Pantun Rayuan Bijak


Belajar adik dalam kelas,

Bel berbunyi terdengar sudah.

Pertama niat yang ikhlas,

Menikah karena ibadah.


Pergi ke pasar membeli bahan,

Beli satu dapat dua.

Carilah keridhaan Tuhan,

Bukan keridhaan manusia.


Saat menunggu terasa lama,

Hanya duduk diam saja.

Sabar adalah tiang utama,

Dalam menggapai keluarga bahagia.


Beli cabe beli ketumbar,

Membelinya di tengah pasar.

Tanpa sabar bisa bubar,

Hal kecil bisa dianggap besar.


Pak Haji memakai sorban,

Tasnya besar lupa di bawa.

Hendaknya tulus dalam berkorban,

Demi kebahagiaan engkau berdua.


Anak bermain jungkat-jungkit,

bermain air di atas rakit.

Berkorban jangan diungkit-ungkit,

Karena bisa jadi penyakit.


Baling-baling dihidupkan,

Tertiup angin dari Selatan.

Berusaha saling membahagiakan,

Agar terbit di bibirnya senyuman.


Jika datang hari raya,

Lupakan dulu meminum jamu.

Jika bersamamu ia bahagia,

Sulit baginya meninggalkanmu


Berjalan jauh kakipun lelah,

Istana raja amat dekatnya.

Meskipun di luar banyak masalah,

Di dalam rumah terasa bahagia.


Terdengar suara lamat-lamat,

Suara kaki berjalan lambat.

Meskipun kepala penat,

Istri sholehah laksana obat.


Sudah tinggi pohon Pinang,

Angin bertiup pohon bergoyang.

Dalam rumah tangga yang tenang,

Pasti didirikan sholat sembahyang.


Ibu pandai membuat brownies,

Jadi anak jangan suka sinis.

Di dalam rumah yang harmonis,

Suami istri berwajah manis.


Rama pergi mencari Sinta,

Lelah badan jatuh ke rumput.

Saling menjaga saling mencinta,

Kalau salah nasehatnya lemah lembut.


Tangan berdarah karena luka,

Cari obat harus ke mana?

Istri dijaga dari api neraka,

Bersabar mendidiknya kunci utama.


Manusia berkumpul di kota Mekah,

Kota Mekah banyak berkahnya.

Suami jangan sampai salah langkah,

Demi keluarga dan masa depannya.


Duduk santai di tengah taman,

Secangkir kopi telah dipesan.

Al Quran jadikan pedoman,

Bacalah tiap hari jangan bosan.


Masak ikan saus tiram,

Campur dengan tepung kentang.

Membaca Quran hatipun tentram,

Masalah hilang rahmat Allah datang.


Benih ditabur untuk disemai,

Musim hujan telah datang.

Hati gundah berganti damai,

Bila menatap wajahmu sayang.


Tinggi derajat karena ilmu,

Ilmu dan iman mesti berpadu.

Semenjak berpisah darimu,

Tersiksa batin karena rindu.


Luka tangan karena belati,

Belati tajam dari Jawa.

Kebaikanmu menyentuh hati,

Ketabahanmu menggugah jiwa.


Jika tidur tiada lena,

Bayangan berkelebat di mata.

Kelembutanmu mempesona,

Menyembuhkan hati yang luka.


Buah sukun air tajin,

Terbuang semua di arah Barat.

Sholat tekun mengaji rajin,

Itulah bunga dunia akhirat.


Hidup bersama harus rukun,

Nilai agama jadi penuntun.

Hati yang keras bisa tertegun,

Menatap wanita amat santun.


Akhir Kata

Nah, itulah kumpulan pantun pdkt atau ngegombal yang dapat saya sajikan, semoga pantun ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi referensi bagi sobat Pintarsiana. Sekian dari saya, janganlupa baca juga kumpulan pantun yang lainnya dibawah ini ya. Nantikan juga update terbaru pantun yang seru lainnya hanya di Pintarsiana.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel